MONARKI ATAU
PRESIDENSIAL = KESEJAHTERAAN RAKYAT
Oleh: Nasrul Umam
Sejarah mengatakan bahwa
bangsa kita selalu di pimpin oleh
seorang raja. Dan karena raja raja lah yang memang pantas menjadi acuan dari
Negara kita. Kita bisa melihat antara Negara yang di pimpin oleh raja dan yang
dipimpin oleh presiden atau yang lainnya. Kita bias melihat inggris begitu
cepatnya ia berkembang karena ia mempunyai seorang raja, tak usah jauh kita
melihat, kita bias melihat Negara tetangga kita Malaysia begitu pesatnya ia membangun
Negaranya lewat pemerintahan monarki nya,
begitu juga Negara arab dan uni emirat arab. Kalo melihat secara konsep
kepemimpinan itu harus mempunyai karisma bukan karena ia menang dalam kongres
atau pemilu. Itu yang seharusnya di lakukan oleh Indonesia melihat sejarah
menjelaskan peradaban- peradaban yang pernah di embannya. Hal ini dapat di
katakana apabila dulu sejarah bangsa kita dari jawa, Kalimantan, Sumatra, NTT
dan yang laennya mengembangkan daerahnya lewat system kerajaan , di jawa sering
kita dengar kerajaan Majapahit, demak. Dll di Kalimantan ada kerajaan Kutai, di
Sumatra Pgaruyung di daerah sekitar Sumatra barat, di aceh ada samudra pasai
dan di NTT ada kerajaan Fehalaran, tapi mengapa
kita malah keluar dari sendi itu dan melupakannya? Malah kita percaya dengan
system pemerintahan yang di titipkan amerika dan Negara maju yang laenya yang
sudah jelas mereka tidak tahu rumpun aatau cultur bangsa kita. Amerika
pemerintahan nya presiden terpilih karena itu yang pantas buat Negara seperti
mereka karena melihat sejarah dari negaranya yang mayoritas penduduknya adalah
orang pendatang. Yang disitu harus dituntun untuk adil dalam memilih pemimpinnya.
Tapi Negara kita?? Penduduk mayoriytas pribumi. Dan tiap daerah sudah di wakili
raja. Karena dalam sejarah Indonesia, masyarakat perlu sosok yang di segani dan
mampu mensejahterakan yang memimpin daerahhnya dan yang tepat adalah system raja.
Yang mula- mula mungkin hanya sekedar tuan otanah sehingga pada ahirnya ia
membuat peradaban baru di era post kolonialisme.
Sistem kerajaan seperti ini sudah
mengakar di bumi Indonesia. yang mana orang akan mengedepankan keluarga dahulu
baru kemudian orang lain. Banyak contoh yang bisa kita lihat atau kita rasakan,
dimana orang lebih mementingkan keluarga dahulu yang kemudian orang lain. Jika
itu lembaga pendidikan, bisa kita perhatikan siapa-siapa saja yang bergelut di
dalamnya. dan jika itu perekrutan karyawan, siapa-siapa yang akan dengan mudah
mendapatkan. Tidak akan jauh, akan ada orang terdekat dari mereka yang
sebelumnya sudah memasukinya. Dan dari situlah soekarno menciptakan
pancasila yang mungkin itu bisa mewakili dari kepentingan- kepentingan bersama.
Negara kita sangat di kenal dengan nilai gotong royongnya, dan itu sudah mulai
hilang, padahal dari gotong royong itulah kita bisa merdeka. Dan nilai gotong
royong itu sendiri tidak jauh dari aturan- aturan atau nilai- nilai dalam
cultur kerajaan. Soekarno pernah berkata “ jangan lupakan jas merah” karena
memang dari sejarahlah kita seharusnya berkembang, dan dari sejarahlah kita
bisa membaca keadaan yang lebih riil dengan sejarah sebagai referensi
penyelesaiannya.
Dalam hal ini, sebenarnya rakyat
sudah bosan untuk membahasnya atau pun mendiskusikannya, sekarang ini yang
masyarakat inginkan adalah selama rakyat tidak susah untuk dapat makanan,
pendidikan, kesehatan dan penghidupan yang layak. Melihat perkembangan ini kita
bisa membadakan antara pemerintahan mana yang bisa mdi andalakan unituk
mengatasi ,permasalahan masyarakat yanig sudah sedemiukian peliknya. Apalagi
kalo kita membahas tentang ekonomi, plitik dan sosial budaya. Sangat jauh
berbeda antara kerajaan dan pemerintahan Indonesia sekarang ini. Dalam ekonomi.
Yang pasti kalo kerajaan mengacu pada ekonomi kerakyatan dan belum tentu system
ekonomi yang kita pakai sekarang di Negara kita ini cocok. Dan ternyata
terbukti tidak cocok dan sangat menindas masyarakat kecil. Berbicara soal
politik, dalam system kerajaan yang pernah di terapkan di kerajaan yaitu raja
itu turun temurun sehingga dapat menyiasati denagan adanya many politik, dan
juga dalam percaturan politik krerajaan sangat tidak berimbas langsung pada
masyarakat, dan hanya kalangan kerajaan lah yang tau. Sedangnkan melihat
perpolitikan di neara kita sangat riskan, tiap hari kita di suguhi oleh politisi
yang tidak karuan, imbas dari pertarungan dalam partai atau politik dalam
sebuah Negara sangat di rasakan langsung oleh jrakyat, ,yang ahirnya ia di
gelisahkan dengan permasalahan – permasalahan yang seharusnya ia tak perlu tau
lebih jauh malah setiap hari ia di suguhi makanan – makanan yang tak mutu yang
ahirnya memberikan argument kepada mereka acuh dan cuek melihat atau mengontrol
pemerintah, dan terkesan takut. Dalam
nilai sosial budaya nya. Era kerajaan- kerajaan dulu sangat menghormati
kesenian- kesenian yang itu ahirnya memberikan identitas suatu kerajaan dan
yang sangat ingin di tekan kan bahwa dalam kerajaan system initeraksi sosial
sangat kental, dengan adanya gotong royong dan dengan adanya ,musyawarah. Dalam
keadaaan yang seperti ini apa yang harus dilakukan, yang duulu ternyata
reformasi 1998 bisa di bilang gagal. karena tidak mengena di sector ekonominya.
Sehingga ,menjadikan Negara yang
sedemikian rupa. Kita belumm terlambat apabila kita membicaraka perubahan, dan
jika di tahun 1998 ada reformasi yang belum kena di sebagian sector dan
sekarang lah kita bisa membangun Indonesia dengan refolusi di segala aspek.
Dengan tidak melupakan jas merah yang bilang soekarno. Yang kemudian bisa di
jadikan untuk refolusi yang sedang kita rencanakan mulai sekarang. Wat masa
kepemimpinannya.
Indonesia memerlukan 1 pemimpin yang moderat dan adil. Dan 1 pemimpin
memerlukan 5 orang pendamping yang mempunyai semangat revolusinya Tan Malaka,
tri sakti kita warisi dari soekarnno. Dari hatta kita warisi ekonomi
kerakyatannya ( koperasi) . Dan dari syahriri kita di warisi keadilan
sosialnya. Dan dari yamin kita warisi Negara hukum. Dan itulah yang sudah di
petakan dari generasi muda penerus bangsa. Dan kita mulai perubahan itu di
KSMW.
0 komentar: